PEMERIKSAAN
FISIK PADA BAYI
A.
Pemeriksaan Fisik pada saat Bayi
Lahir
Pemeriksaan pertama pada bayi baru
lahir harus dilakukan di kamar bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga,
riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi
dalam keadaan telanjang dan dibawah lampu yang terang. Tangan serta alat yang
digunakan harus bersih dan hangat.
Tujuan
pemeriksaan ini adalah :
1.
Menilai
gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar uterus
yang memerlukan resusitasi.
2.
Untuk menemukan kelainan seperti
cacat bawaan yang perlu tindakan segera.
3.
Menentukan apakah bayi baru lahir
dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau tempat
perawatan khusus.
Pemeriksaan
yang dilakukan antara lain :
1.
Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk
menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada
tahun 1952 dr.Virginia Apgar mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk
menilai keadaan klinis bayi baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk
mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita
ketahui nilai Apgar suatu ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan
dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara
lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia,
hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk
menilai respon resusitasi.
Cara menentukan nilai APGAR :
Tanda
|
0
|
1
|
2
|
Warna
kulit
Denyut
jantung
Upaya
bernafas
Tonus
otot
Reflek
(kateter
di lubang hidung)
|
Biru , pucat
Tidak ada
Tidak ada
Lemah
Tidak
beraksi
|
Kemerahan ekstremitas biru <100
Tidak teratur
Fleksi pada ekstremitas
Meringis
|
Semua
kemerahan
>100
Baik
(menangis kuat)
Gerakan
aktif
Batuk
, bersin
|
2.
Mencari Kelainan Kongenital
Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya
kelainan kongenital pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada
anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik,
terkena radiasi atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan adakah kelainan bawaan keluarga disamping itu perlu
diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat menggangu pertumbuhan janin
seperti diabetes mellitus, asma broinkial dan sebagainya.
3.
Memeriksa cairan amnion
Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume.
Hidramnion ( volume > 2000 ml ) sering dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinal bagian
atas, ibu dengan diabetes atau eklamsi.
Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml) dihubungkan dengan agenesis
ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan adanya konsekuensi
oligohidramnion seperti kontraktur sendi
dan hipoplasi paru.
4.
Memeriksa tali pusat
Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya,
ada tidaknya simpul dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih
1 % dari bayi baru lahir hanya mempunyai
satu arteri umbilikalis dan 15 % dari pada mempunyai satu atau lebih kelainan konginetal
terutama pada sistem pencernaan, urogenital, respiratorik atau kardiovaskuler.
5.
Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan
perhatikan apakah ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar
harus diteliti apakah terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar
identik atau tidak). Juga perlu diperhatikan adanya anastomosis vascular antara
kedua amnion, bila ada perlu dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi
feto-fetal.
6.
Pemeriksaaan bayi secara cepat dan
menyeluruh.
7.
Menimbang berat badan dan
membandingkan dengan masa gestasi.
Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali
lebih banyak dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa
kehamilan kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar.
8.
Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat
labio-palatoskisis harus diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang
mungkin disebabkan oleh adanya atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus
dilakukan dengan cara memasukkan kateter ke dalam lambung, setelah kateter di
dalam lambung, masukkan 5 - 10 ml udara dan dengan stetoskop akan terdengar
bunyi udara masuk ke dalam lambung. Dengan demikian akan tersingkir atresia
esophagus, kemudian cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat
cairan melebihi 30 ml pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas.
Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa
kehamilan, ateri umbulikalis hanya satu, polihidramnion atau
hipersalivasi.
Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya
hipoplasia otot depresor aguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah
apabila bayi menangis, sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan
garis nasolabialis akan kurang tampak
pada daerah yang sehat (sebaliknya pada paresis N.fasiali). Pada 20 %
keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital berupa kelainan
kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.
9.
Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan
thermometer ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat
dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula
rekto-vaginal.
10.
Pemeriksaan garis tengah tubuh
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa,
meningomielokel dan lain-lain.
11.
Pemeriksaan jenis kelamin
Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin
anaknya. Bila terdapat keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi
perempuan atau terdapat hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya
pemberitahuan jenis kelamin ditunda
sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom.
B.
Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan
ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada di ruang
perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan
pada pemeriksaan di kamar bersalin.
Pemeriksaan
ini meliputi :
1.
Aktifitas fisik
Inspeksi
Ekstremitas
dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris.
2.
Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C–
37 0C.
3.
Kulit
Inspeksi
Warna
tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi
Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4.
Kepala
Inspeksi
Distribusi rambut di puncak kepala.
Palpasi
Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan
ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital.
Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang
sutura lambdoidalis dan sagitalis.
5. Wajah
Inspeksi
Mata
segaris dengan telinga, hidung di garis
tengah, mulut garis tengah wajah dan simetris.
6. Mata
Inspeksi
Kelompak mata tanpa petosis atau udem.
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris
berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip
ada.
7.
Telinga
Inspeksi
Posisi
telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang
rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8.
Hidung
Inspeksi
Posisi
di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
9.
Mulut
Inspeksi
Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk
penuh berwarna merah muda dan lembab,
membran mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap
serta reflek rooting ada.
10.
Leher
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk
simestris dan pendek.
Palpasi
Triorid di garis tengah, nodus limfe dan
massa tidak ada.
11.
Dada
Inspeksi
Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada
semetris.
Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit,
pola nafas normal.
Palpasi
Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima
tanpa kardiomegali.
Auskultasi
Suara nafas
jernih sama kedua sisi.
frekuensi jantung 100- 160 x permenit
teratur tanpa mumur.
Perkusi
Tidak ada
peningkatan timpani pada lapang paru.
12.
Payudara
Inspeksi
Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting
tambahan.
13.
Abdomen
Inspeksi
Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua
arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan.
Palpasi
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati
teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus
kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi
terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah dan
tepi perut.
Perkusi
Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
Auskultasi
Bising usus ada.
14. Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita)
Labia minora ada dan mengikuti
labia minora, klitoris ada, meatus uretra ada di depan orivisium vagina.
Inspeksi (laki-laki)
Penis
lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh.
15.
Anus
Inspeksi
Posisi
di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran
mekonium terjadi dalam 24 jam.
16.
Tulang belakang
Bayi
di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang belakang
untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi
Kolumna
spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.
Palpasi
Tulang
belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17.
Ekstremitas
Ekstremitas
atas
Inspeksi
Rentang
pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek genggam ada,
kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari
sama karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi
bantalan kuku.
Palpasi
Humerus
radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan kuku
merah muda sama kedua sisi.
Ekstremitas
bawah
Panjang
sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama
bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang
pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki
tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.
18.
Pemeriksaan reflek
a. Berkedip
cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
normal :
dijumpai pada tahun pertama.
b. Tonic neck
cara :
menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala
di tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran
kepala dan fleksi pada sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi
setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–kira pada usia 2 bulan dan
menghilangkan pada usia 6 bulan.
c. Moro
cara : ubah
posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
normal : lengan
ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke belakang, tungkai sedikit
ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang
belakang dan
ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan
menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
d. Mengenggam
cara : letakan
jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada
beri
bayi botol atau dot karena menghisap
akan menstimulasi reflek.
normal : jari–jari bayi
melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari
sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.
e.
Rooting
cara : gores sudut mulut bayi melewati
garis tengah bibir.
Normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek
ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12
bulan terutama selama tidur
f.
Menghisap
cara : beri bayi botol dan dot.
normal
: bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek ini
menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.
g.
Menari / melangkah
cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit
menyentuh permukaan yang keras.
normal
: kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke permukaan
keras di jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.
19.
Pengukuran atropometrik
a.
Penimbang berat badan
Alat
timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan bidan
menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
BBL 2500 - 4000gram.
b.
Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin.
Pegang kepala agar tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut
renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita. PB : 48/52cm.
c.
Lingkar kepala
Letakakan
pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik
pita mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.
d.
Lingkar
dada
Letakan
pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan
dan garis putih.
LD
: 32 – 35 cm.
C.
Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu
Pulang
Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk
menyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma
yang terlewati perlu di perhatikan :
1.
Susunan saraf pusat : aktifitas
bayi, ketegangan, ubun-ubun.
2.
Kulit : adanya ikterus, piodermia.
3.
Jantung : adanya bising yang baru
timbul kemudian.
4.
Abdomen : adanya tumor yang tidak
terdektesi sebelumnya.
5.
Tali pusat : adanya infeksi.
di
samping itu perlu di perhatikan apakah
bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar